March 06, 2009

Bus Remang-remang

Tulisan ini akan membahas bus malam yang memang bus tersebut remang-remang pencahayaanya, dan bukan konotasi dari sesuatu yang sering kita dengar seperti warung remang-remang. Bus ini bukan bus antar kota antar propensi melainkan bus patas AC biasa. Setiap malam tiba bus ini tampaknya sengaja tidak mau memberikan penerangan yang cukup bagi para penumpangnya, tidak jelas apa tujuan dari sang pengemudi, mungkin mereka mau memberikan kenyamanan buat para penumpang yang lelah setelah seharian bekerja sehingga para penumpang yang kelelahan ini bisa tidur sejenak selama perjalanan, kalau memang itu tujuan meraka tentu saja para penumpang akan setuju, tapi bagi penumpang yang kebetulan tidak mendapatkan tempat duduk apa mereka juga akan setuju dengan remang-remangnya lampu didalam bus tersebut, mereka hanya bisa pasrah atau menggerutu, kira-kira seperti ini gerutu orang yang kebetulan berdiri disaping saya “dasar kurang ajar, coba saya tau bis ini sudah penuh dan tidak ada tempat duduk lagi, tak kan sudi saya naik bus ini, tidak adil sekali rasanya, kita bayar ongkos yang sama, tapi yang lain bisa duduk dengan santainya malahan ada yang tidur seolah dirumah sendiri, sedangkan saya harus berdiri dan masih harus berdesakan dengan penumang lain yang mungkin juga merasa tertipu karena lampu bus yang remang-remang ini serta sang kondiktur yang mengatakan bahwa bus masih kosong, mending kalau jalanan lancar, yang pasti jalanan di ibu kota tidak akan pernah lancar selama jam pulang kerja”. Jadi mungkin inilah tujuan dari pengelola bus, kenapa lampu sengaja dibuat remang-remang, supaya penumpang yang belum naik mau menaiki bus tersebut dengan harapan cepat sampai dirumah, dapat tempat duduk dan bisa istirahat sejenak selama perjalanan, tapi usaha mereka memang berhasil, terbukti penumpangnya selalu penuh malahan sampai berdiripun sempit.

Tapi apa iya semua penumpang seperti itu, toh ada saja penumpang yang turun lagi begitu bus yang dia naiki sudah tidak ada lagi tempat buat dia duduk. Dan kondektur tidak berhak untuk melarang penumpang yang tidak mau naik dengan alasan sudah tidak ada tempat duduk lagi, jadi menurut saya semua ini saling melengkapi, dari pihak pengemudi bus butuh penumpang untuk kejar setoran, dan dari pihak penumpang butuh tumpangann agar segera sampai dirumah. Dan yang terjadi akhirnya saling menjengkelkan, kalau penumpang merasa tidak diperlakukan selayaknya penumpang, seolah-olah dia hanya menumpang yang hanya membuat sesak bus tanpa membayar. Para awak bus tak jarang mengemudiakan kendaraan seenaknya sendiri, berhenti berlama-lama disetiap halte, begitu ada saingan datang dari arah belakang, langsung mereka terbirit-birit memacu kendaraanya secepat mungkin dan terjadilah aksi saling kejar-mengejar antar sesama bus kota, dan biasanya kalau sudah kejar-kejaran seperti ini, penumpang juga yang dirugikan, laju kendaraan sudah tidak karuan lagi, zig-zag kekiri dan kekanan, dan jika mereka mau turun, sang supir tak mau serta merta berhenti ditempat sang penumang mau turun dengan alasan sedang nanggung dibelakan ada saingan. kalau salah satu dari bus ini merasa sudah tidak sanggup lagi untuk bersaing, akhirnya penumpang di oper dan dia putar balik, begitulah yang sering terjadi.

Sebagai penumpang marilah kita sama-sama menolak segala bentuk kesewenang-wenangan para pengemudi bus, kita ini penumpang yang membayar sesuai tarif bukan cuma menumpang tanpa membayar, kalau bus yang kita tumpangai mengalami kecelakaan bisa jadi nyawa kita taruhannya gara-gara pengemudi ugal-ugalan, apakah mereka akan bertanggung jawab? tentu tidak, mereka akan melarikan diri. Jadi marilah kita tegur pengemudi sok hebat ini kalau perlu kita keroyok rame-rame biar dia tidak ugal-ugalan lagi. Kita ini bukan seperti sekarung beras, kalau penumpang sudah tidak mau naik bus lagi terus mereka mau kerja apa ? (tapi kalau penumpang sudah tidak mau naik bus, penumpang ini mau naik apa ya ?? he he he he)

0 komentar: